Social Profiles

Minggu, 28 Oktober 2012

Seks Pasca Stroke, Mengapa Tidak?



Apakah seseorang yang mengalami stroke sehingga mengakibatkan kelumpuhan sebelah anggota tubuh tidak dibolehkan melakukan hubungan seks? Jawabannya: boleh, asalkan minum obat secara teratur.

Philippine Neurological Association (PNA) menjelaskan penderita stroke masih memiliki gairah untuk berhubungan seks. Aktivitas ini biasanya bisa dilakukan sebulan setelah serangan stroke, asalkan yang bersangkutan minum obat secara teratur. 

Presiden PNA, Dr Annette Bautista mengatakan alat kelamin seseorang tidaklah 'lumpuh' kendati yang bersangkutan mengalami stroke. Kecuali jika stroke yang dialami sangat parah dan mempengaruhi otak.

"Itunya (alat kelamin) tidak lumpuh. Dampak umumnya (pasca stroke) adalah psikologis. Ada yang berpikir mereka tidak bisa melakukan hubungan seks dengan baik, tapi itu tidak benar," kata Bautista dalam konferensi pers seperti dikutip dari business.inquirer.net, Kamis (25/10/2012).

"Hal ini tidak benar-benar terpengaruh, kecuali kalau mengalami stroke besar, seperti di seluruh sisi kiri otak, dan Anda tidak dapat lagi berbicara kepada pasien karena dia tidak lagi mengerti," imbuh dia.

Bautista mengatakan kemungkinan penderita stroke mengalami insiden lain saat bercinta masih tinggi. Tapi kalau di tengah aktivitas bercintanya dia meminum obatnya, maka aman-aman saja.

"Kemungkinan mengalami stroke lain setelah stroke pertama cukup tinggi. Katakanlah untuk penduduk pada umumnya, sekitar 20 persen. Dan kemungkinan itu naik 50 persen jika memiliki riwayat stroke," sambungnya.

"Lalu apakah seks dilarang untuk mereka? Tidak, seks tidak kontraindikasi dengan pasien stroke. Dorongan seksual biasanya tidak terpengaruh, terutama bagi laki-laki. Dorongan seksual dan keinginan masih ada," lanjut Bautista.

Dijelaskannya, seks tidak akan kontraindikasi selama tekanan darah dikendalikan. Karena itu jangan lupakan obatnya, sebab sistem syaraf saat aktivitas seksual terjadi akan membuat tekanan darah meningkat dan mempercepat detak jantung. "Itu normal dalam hubungan seks," ucap Bautista.

Jika pasien stroke secara teratur minum obat dan menjaga tekanan darahnya, maka kondisinya tidak akan berbahaya. Bautista menerangkan banyak orang Filipina mengalami stroke karena jika tahu tekanan darahnya sudah normal, mereka lantas berhenti minum obat. Padahal seharusnya tidak demikian.

Menurutnya pasien stroke perempuanlah yang lebih terpengaruh secara psikologis dan khawatir kondisinya memburuk jika berhubungan seks. "Perasaan mereka seperti 'Saya sudah tua dan tidak dapat lagi melakukannya. Saya tidak akan mengalami orgasme'. Padahal ini tidak benar-benar seperti itu. Itu lebih karena psikologis," tutur Bautista.

Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) dalam situsnya merilis umumnya ada sedikit banyak gangguan fungsi seksual pasca stroke. Misalnya seperti gangguan ereksi atau ejakulasi (pada pria) serta berkurangnya kebasahan vagina dan menurunnya kepekaan alat kelamin (pada wanita). Namun gangguan ini tidak selalu sama.

Untuk itu saat penderita stroke melakukan hubungan seksual, Yastroki menyebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Perilaku yang mengalami perubahan tergantung pada kerusakan otak

Adanya kerusakan pada otak kanan akan menyebabkan yang bersangkutan impulsif atau kaku sehingga mengganggu fungsi seksual. Saat terjadi hal ini, maka perlu menambah konsentrasi.

Jika yang mengalami kerusakan adalah otak kiri, maka yang bersangkutan akan menjadi sangat berhati-hati dalam berhubungan seks. Sehingga terkesan yang bersangkutan ragu-ragu dan menjadi sangat lambat gerakannya. Untuk itu, pasangannya perlu memberi semangat untuk membantu pasien stroke meningkatkan keberaniannya dalam bercinta.

2. Adanya perubahan emosi yang cepat

Karena pasien stroke memiliki perubahan emosi yang cepat, maka pasangan jangan menanggapinya sebagai sesuatu yang bersifat pribadi. Konsultasikan pada para ahli bila muncul depresi gairah seks.

3. Kelumpuhan atau kehilangan rasa dapat mengganggu kegiatan seks

Saat bagian-bagian tubuh tak lagi sesensitif dulu sebelum terserang stroke, jangan putus asa mencari bagian tubuh yang masih sensitif. Selain itu patut dicoba merangsang bagian tubuh yang kehilangan sensitivitasnya. Berikanlah waktu yang lebih lama saat perangsangan. Dengan demikian, diharapkan sensasi di bagian tubuh yang kehilangan sensitivitas bisa muncul lagi.

4. Menggunakan posisi bercinta yang menyenangkan

Perlu mengeksplor posisi bercinta seperti apa yang menyenangkan keduanya dengan konsisi salah satu pasangan adalah pasien stroke. Dengan posisi yang paling cocok dan nyaman maka tidak akan mengurangi keleluasaan gerak. Jika sang suami adalah pasien stroke, maka peran istri untuk lebih aktif di ranjang tentu lebih dibutuhkan. Demikian pula sebaliknua.

5. Kejang otot mungkin terjadi sewaktu berhubungan seks

Kejang otot saat bercinta mungkin terjadi. Terkadang memang menakutkan, akan tetapi tidak berbahaya, sehingga aktivitas seks dapat terus dilanjutkan.

6. Pada keadaan tertentu bisa menggunakan vibrator

Alat bantu seks bisa digunakan dalam keadaan tertentu asal dengan petunjuk dokter. Selain itu bacaan atau tontonan yang merangsang bisa dicoba sebelum memulai hubungan seks.

Jadi, berhubungan seks pasca stroke sama sekali tidak dilarang. Kamar yang nyaman dan tenang adalah hal yang juga harus diperhatikan saat pasien stroke akan bercinta. Selain itu peran pasangan sangat dibutuhkan. Pasangan harus sabar, penuh kasih sayang, dan selalu memberi semangat pada pasien stroke.

Namun penderita stroke sebaiknya tidak melakukan hubungan seks apabila sedang banyak makan, capai, atau takut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.